Kamis, 09 Januari 2014

Motivasi belajar rendah MAN Jember 1
Oleh : NASRULIYAH HIKMATUL MAGHFIROH Dibuat : 2009-01-31
Sekolah MAN Jember 1 mempunyai permasalahan dengan beberapa siswanya yang motivasi belajarnya rendah. Disini ada 3 anak yang paling terlihat memiliki motivasi belajar yang rendah, yaitu adm, fgh, zln.
Motivasi belajar yang rendah tersebut diketahui dari rapor siswa, serta jadwal kegiatan ketiga siswa tersebut. Siswa – siswa ini tidak memiliki minat dalam belajar. Selain itu para siswa ini sering tidur di kelas ketika pelajaran berlangsung, mereka juga tidak pernah memperhatikan pelajaran yang di berikan.
 Mereka mengungkapkan hal ini terjadi karena suasana belajar yang membosankan dan membuat mereka malas untuk mengikuti pelajaran.
Mereka mengaku bosan saat mengikuti pelaran yang diberika “lebih baik saya tidur, toh saya juga tidak mengerti apa yang di jelaskan” ujar adm.
Ketika di tanya apakah mreka pernah diberikan perngarahan oleh Guru BK dan Wali kelas mereka hanya menjawab mereka malas berurusan dengan Guru – guru tersebut karena menurut mereka guru bk hanya memberikan hukuman dan Wali Kelas mereka tidak pernah memperhatikan mereka.

Definisi Motivasi
     Motivasi merupakan adanya dorongan di dalam diri untuk melakukan sesuatu. Motivasi diartikan secara berbeda oleh beberapa ahli. Menurut As'ad (1998) motivasi adalah suatu pemberian motif atau hal yang diberikan motif. Hal itu diberikan agar seseorang menjadi mempunyai motivasi. Menurut Mitchell (dikutip dalam Winardi,2002) "motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunteer) yang diarahkan ke tujuan tertentu."

Definisi Belajar
     Belajar merupakan salah satu hal yang pernah dilakukan setiap manusia. Belajar adalah hal yang dilakukan seseorang untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu. Belajar adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjai lebih baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan. Sejak kecil pun manusia sudah mulai belajar. Manusia sudah mulai belajar berjalan, berbicara, dan lain- lain dari umur yang masih sangat kecil.

Definisi Motivasi Belajar                                                 
     Motivasi Belajar merupakan dorongan yang ada untuk mempelajari sesuatu. Motivasi belajar adalah hal yg perlu dilakukan di dalam kegiatan belajar, menurut Winkels (1987) motivasi belajar merupakan motivasi yang diberikan dalam kegiatan belajar pada anak, agar kegiatan belajar berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan. Motivasi pembelajaran adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Motivasi dapat tumbuh karena adanya keinginan seseorang untuk dapat mengetahui dan memahami sesuatu serta mengarahkan minat belajar seseorang sehingga ingin sungguh-sungguh dalam belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi yang baik.

Ciri-Ciri Motivasi
    Motivasi seseorang yang rendah dalam belajar. Tidak semua orang mempunyai motivasi yang tinggi, karena setiap orang berbeda-beda. Motivasi yang rendah dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut seperti rasa percaya diri yang rendah, adanya rasa malas untuk belajar, kurang perhatian dari orang tua atau orang sekitar, tidak ada yang menyemangati, dan lain-lain. Motivasi belajar yang rendah dapat menyebabkan seseorang malas untuk belajar sehingga dapat menyebabkan seorang anak mendapat prestasi yang rendah. Ciri-ciri anak yang mempunyai motivasi yang rendah seperti malas belajar, malas mengerjakan tugas, tidak ada keinginan untuk mengetahui, tidak peduli dengan nilainya, tidak ada rasa semangat di dalam kelas, mendapat nilai yang buruk, dan lain-lain.
     Motivasi seseorang yang tinggi dalam belajar. Ada orang yang memiliki motivasi dan semangat belajar yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya motivasi yang tinggi seperti adanya pemberian semangat dari orang sekitar, mempunyai optimisme yang tinggi, mempunyai tujuan yang dicapai, adanya penghargaan jika mendapat nilai yang baik, adanya perhatian dari orang tua yang lebih, dan lain-lain. Motivasi belajar yang tinggi dapat mempengaruhi prestasi belajar. Prestasi belajar dapat saja meningkat jika mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ciri-ciri motivasi belajar seperti semangat dalam belajar, banyak bertanya dalam kelas, adanya rasa keinginantahuan yang tinggi, mendapat nilai yang tinggi di dalam kelas, mengerjakan tugas dengan serius, dan lain-lain.

Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Motivasi Belajar
     Faktor intrinsik. Faktor ini terdapat dari dalam diri manusia yang disebabkan oleh dorongan atau keinginan akan kebutuhan belajar, harapan, dan cita-cita. Faktor intrinsik merupakan dorongan yang ada dalam diri seseorang, tanpa harus dirangsang dari luar. Hal ini berarti dalam diri seseorang sudah ada dorongan itu. Seseorang melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya. Misalnya seperti orang yang gemar membaca tanpa ada yang mendorongnya. Ia akan mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya. Tanpa ada yang menyuruh ia untuk belajar, ia sudah belajar dengan sebaik-baiknya.
     Faktor ekstrinsik. Faktor ini juga mempengaruhi dalam motivasi belajar. Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang menyenangkan, dan kegiatan belajar yang menarik. Faktor ekstrinsik datangnya dari luar diri seseorang atau adanya dorongan dari luar. Dorongan dari luar ini seperti adanya penghargaan yang diberikan jika mendapat nilai yang baik, diberi semangat oleh orang lain, dan lain-lain.



DISKRIPI
Adm, fgh, zln memiliki motivasi belajar yang rendah. Motivasi belajar yang rendah tersebut diketahui dari rapor siswa, serta jadwal kegiatan ketiga siswa tersebut. Siswa – siswa ini tidak memiliki minat dalam belajar. Selain itu para siswa ini sering tidur di kelas ketika pelajaran berlangsung, mereka juga tidak pernah memperhatikan pelajaran yang di berikan. Mereka mengungkapkan hal ini terjadi karena suasana belajar yang membosankan dan membuat mereka malas untuk mengikuti pelajaran. Adm, fgh, zln juga salah faham karena mereka menganggap Guru Bk hanya memberikan hukuman dan mereka juga menganggap bahwa wali kelas mereka tidak peduli terhadap mereka.

HARAPAN
            Seharusnya Adm, fgh, zln tidak menganggap bahwa Guru Bk hanya memberikan hukuman dan menganggap wali kelas mereka tidak peduli terhadap mereka. Seharusnya Adm, fgh, zln tidak befikiran buruk terlebuh dahulu setidaknya mereka harus membuka diri dulu pada guru BK dan Walikelas mereka. Bila mereka bisa membuka diri mereka dan mencoba mengenal Guru Bk yg bersangkutan dengan baik mereka tidak akan merfikiran negatif terlebih dahulu pada guru Bk tersebut dan mereka juga bisa mengeluarkan semua permasalahan yang di alami nya dengan rileks.
Selain it sebaiknya Guru Bk mencoba mendekati ketika anak tersebut dan menanyakan permasalahan apa yang mereka hadapi sehingga mereka memiliki motivasi belajar yang kurang.

LAYANAN YANG DI BERIKAN

Dalam penelitian ini digunakan Pendekatan konseling Behavioristik untuk membantu siswa yang mengalami rendahnya motivasi belajar. Pendekatan Konseling Behavioristik  adalah cara pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang konselor kepada konseli melalui wawancara yang mendalam agar konseli dapat mengubah tingkah  lakunya melalui proses belajar.

Tes Kreatifitas Figural

Tes Kreatifitas Figural
Menurut Munandar, Achir, Winata, Lestari, Rosemini, Rifameutia dan Hartana (1988), Tes Kreativitas Figural (TKF) merupakan adaptasi dari Circle Test yang dibuat oleh Torrance. Tes kreativitas figural (TKF) pertama kali digunakan di Indonesia oleh Utami Munandar pada tahun 1977. Dalam hasil penelitian tersebut diperoleh norma-norma baku dari TKF untuk siswa kelas 4 SD hingga siswa kelas 3 SMA, atau mencakup usia 10 sampai dengan 18 tahun.
Kreativitas yang diukur dalam TKF memiliki pengertian sebagai kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari unsur-unsur yang diberikan yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam memberi gagasan serta kemampuan untuk mengembangkan, merinci, dan memperkaya (elaborasi) suatu gagasan.
Istilah figural menyangkut informasi dalam bentuk konkrit, berbeda dengan verbal yang menyangkut informasi dalam bentuk konsepsi atau konstruk mental yang menggunakan kata-kata.
Bentuk figural dari baterai tes Torrance meliputi kegiatan tugas:
1. Membuat suatu gambar dari suatubentuk yang diberikan;
2. Melengkapi gambar, berdasarkanbeberapa rangsang garis;
3. Membuat macam-macam gambardari sejumlah lingkaran yangdiberikan sebagai rangsang (CirclesTest)
Tes Kreativitas Figural (TKF) relative mudah pelaksanaannya dan hanya memerlukan waktu 10 menit dalam pelaksanaannya. Stimulus TKF mengundang· anak mengungkapkan gagasan-gagasannya dalam bentuk gambar, sehingga lebih menarik bagi anak-anak (seperti bermain).
Adapun aspek-aspek yang mendasari TKF sama dengan ciri-ciri kreativitas yang dikemukakan oleh Guilford, yaitu kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, elaborasi dan originalitas (dalam Munandar dkk., 1988).
Kreativitas (berpikir kreatif) adalah kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari unsur-unsur yang diberikan yang tercermin dari kelancaran, kelenturan dan orisinalitas dalam memberikan gagasan serta kemampuan untuk mengembangkan, merinci dan memperkaya (elaborasi suatu gagasan).
Kelancaran (fluency) dalam berpikir atau memberi gagasan adalah kemampuan untuk dapat memberikan gagasan-gagasan dengan cepat (penekanan pada kuantitas). Skor Kelancaran adalah jumlah jawaban dikurangi jumlah yang sama (bukan kategori jawaban).
Kelenturan (fleksibilitas) dalam berpikir atau memberi gagasan adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan yang beragam, bebas dari perseverasi. Skor Kelenturan adalah adalah dari kategori/pengelompokan berdasarkan jenis gagasan.
Orisinalitas dalam berpikir atau memberikan gagasan adalah: (1) Kemampuan untuk memberikangagasan-gagasan yang secarastatistik unik dan langka untukpopulasi tertentu. (2) Kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru, atau membuat kombinasi-kombinasi baru antara macam-macam unsur/bagian. Skor orijinalitas diperoleh berdasarkan tabulasi jawaban dari 500 subyek usia 10 s/d18 tahun. Jawaban yang diberikan oleh 10% ataulebih subyek diberikan skor 0. Jawaban yang diberikan oleh 5-9%subyek diberikan skor 1. Jawaban yang diberikan oleh 2-4% subyek diberikan skor 2. Jawaban yang diberikan oleh kurang dari 2% subyek diberikanskor 3. Jawaban yang tidak termasuk dalam daftar orijinalitas, diberikan skor 3. Menggabung 2 lingkaran diberikan 2 bonus points. Menggabung 3-5 lingkaran diberikan 5. Menggabung 6 - 10 lingkarandiberikan 10. Menggabung 11-15 diberikan 15. Menggabung 15 lingkaarn diberikan 20. Menggabung semua lingkaran diberikan 25.
Kemampuan mengelaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, merinci dan memperkaya suatu gagasan. Untuk memperoleh skor elaborasi kita melihat jumlah gagasan/detail yang nampak pada setiap obyek/respon, disamping gagasan pokok yang minimal. Setiap penambahan diberi skor 1.





Tes Kreatifitas Verbal
Kata kreativitas berasal dari kata sifat creative yang berarti pandai mencipta. Sedangkan untuk pengertian yang lebih luas, kreativitas berarti suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinalitas berpikir.
Menurut Komite Penasehat Nasional Pendidikan Kreatif dan Pendidikan Budaya, keativitas merupakan bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat orisinal, murni, dan bermakna (Munandar, 1999b).
Guilford (1967) menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Guilford juga menambahkan bahwa bentuk pemikiran kreatif masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan, sebab, disekolah yang dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berfikir logis).
Hurlock (1992) juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan proses mental yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Hurlock menambahkan kreativitas menekankan pada pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kreativitas juga tidak selalu menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan dinilai.
Menurut Jawwad (2004) kreativitas adalah kemampuan berpikir untuk meraih hasil-hasil yang variatif dan baru, serta memungkinkan untuk diaplikasikan, baik dalam bidang keilmuan, kesenian, kesusastraan, maupun bidang kehidupan lain yang melimpah.
Chandra (1994) menguraikan bahwa kreativitas merupakan kemampuan mental dan berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna.
Maslow (dalam Schultz, 1991) menyatakan bahwa kreativitas disamakan dengan daya cipta dan daya khayal naif yang dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak berprasangka, dan langsung melihat kepada hal-hal atau bersikap asertif. Kreativitas merupakan suatu sifat yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasian diri.
Munandar (1999b) menguraikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada. Pengertian kreativitas tidak hanya kemampuan untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri melainkan untuk menciptakan hubungan yang baik antara dirinya dengan lingkungan dalam hal material, sosial, dan psikis.
Munadi (1987) memberikan batasan kreativitas sebagai proses berpikir yang membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian ia menemukan bahwa kreativitas yang penting bukan apa yang dihasilkan dari proses tersebut tetapi yang pokok adalah kesenangan dan keasyikan yang terlihat dalam melakukan aktivitas kreatif.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses berpikir yang lancar, lentur dan orisinal dalam menciptakan suatu gagasan yang bersifat unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, dan bermakna, serta membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di dalam memecahkan suatu masalah.

2. Ciri-ciri individu yang kreatif
Munandar (1999a) menyatakan bahwa ciri individu yang kreatif menurut para ahli psikologi antara lain adalah bebas dalam berpikir, mempunyai daya imajinasi, bersifat ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai inisiatif, bebas berpendapat, mempunyai minat luas, percaya pada diri sendiri, tidak mau menerima pendapat begitu saja, cukup mandiri dan tidak pernah bosan.
Lebih lanjut Munandar (1999a) menjelaskan ciri-ciri pribadi kreatif meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir :
a. Keterampilan berpikir lancar, yaitu kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.
b. Keterampilan berpikir luwes, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
c. Keterampilan berpikir orisinal, yaitu kemampuan melahirkan ungkapan yang baru, unik, dan asli.
d. Keterampilan memperinci (mengelaborasi), yaitu kemampuan mengembangkan, memperkaya, atau memperinci detil-detil dari suatu gagasan sehingga menjadi lebih menarik.
e. Keterampilan menilai (mengevaluasi), yaitu kemampuan menentukan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu rencana, atau suatu tindakan itu bijaksana atau tidak

Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu : a) Rasa ingin tahu; b) Bersifat imajinatif; c) Merasa tertantang oleh kemajemukan; d) Berani mengambil risiko; e) Sifat menghargai.
Sund (dalam Nursito, 2000) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif memiliki ciri-ciri yaitu
(a) mempunyai hasrat ingin tahu, bersikap terhadap pengalaman baru,
 (b) panjang akal,
(c) keinginan untuk menemukan dan meneliti,
(d) cenderung lebih suka melakukan tugas yang lebih berat dan sulit,
(e) berpikir fleksibel, bergairah, aktif dan berdedikasi dalam tugas,
(f) menanggapi pertanyaan dan mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban lebih banyak.
Berdasarkan  uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang kreatif adalah bebas dalam berpikir dan bertindak, mempunyai daya imajinasi, bersifat ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai minat yang luas, mempunyai inisiatif, bebas berpendapat, tidak pernah bosan, dan merasa tertantang oleh kemajemukan.

3. Aspek-aspek kreativitas
Guilford (Nursito, 2000) menyatakan bahwa aspek-aspek kreativitas adalah sebagai berikut :
1. Fluency, yaitu kesigapan, keancaran untuk menghasilkan banyak gagasan
2. Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.
3. Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagsan yang asli.
4. Elaborasi, yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail atau terperinci.
5. Redefinition, yaitu kemampan untuk merumuskan batasan-batasan dengan melihat dari sudut yang lain daripada cara-cara yang lazim.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek kreativitas adalah fluency (kelancaran), fleksibilitas, orisinalitas (murni), elaborasi, dan redenifition.

B. Kreativitas Verbal
1. Pengertian Kreativitas Verbal
Kreativitas verbal terdiri dari 2 kata, yaitu kreativitas dan verbal. Thrustone, yang dikutip Azwar (1996) menyatakan bahwa verbal adalah pemahaman akan hubungan kata, kosakata, dan penguasaan komunikasi.
Sinolungan (2001) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan.
Torrance (Munandar, 1999b) mengungkapkan kreativitas verbal sebagai kemampuan berpikir kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk verbal. Bentuk verbal dalam tes Torrance berhubungan dengan kata dan kalimat.
Mednick & Mednick (dalam Sinolungan, 2001) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan melihat hubungan antar ide yang berbeda satu sama lain dan kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide tersebut ke dalam asosiasi baru. Anak-anak yang mempunyai kemampuan tersebut mampu membuat pola-pola baru berdasarkan prakarsanya sendiri menurut ide-ide yang terbentuk dalam kognitif mereka.
Guilford (1967) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir divergen, yaitu pemikiran yang menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama besarnya.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan membentuk ide-ide atau gagasan baru, serta mengkombinasikan ide-ide tersebut kedalam sesuatu yang baru berdasarkan informasi atau unsur-unsur yang sudah ada, yang mencerminkan kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir divergen yang terungkap secara verbal.

2. Faktor yang mempengaruhi kreativitas verbal.
Munandar (1999b) mengatakan bahwa lingkungan yang responsif (keluarga, sekolah, dan masyarakat) merupakan faktor utama terjadinya proses perkembangan inteligensi dan merupakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan kreativitas verbal.
Hurlock (1992) mengemukakan kondisi yang mempengaruhi kreativitas adalah :
a. Waktu. Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur, karena hal itu akan menyebabkan anak hanya mempunyai sedikit waktu untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep serta mencobanya dalam bentuk baru.
b. Kesempatan menyendiri. Anak dapat menjadi kreatif bila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial.
c. Dorongan. Orang tua sebaiknya mendorong anak untuk kreatif serta tidak mengejek atau mengkritik anak.
d. Sarana belajar dan bermain untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi yang merupakan unsur penting dari kreatif.
e. Lingkungan yang merangsang. Lingkungan rumah dan sekolah harus memberikan bimbingan dan dorongan untuk merangsang kreativitas anak.
f. Hubungan orang tua. Orang tua yang tidak terlalu melindungi dan tidak terlalu posesif akan sangat mendukung kreativitas anak.
g. Cara mendidik anak. Cara mendidik yang demokratis dan permisif akan meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik yang otoriter akan memadamkan kreativitas anak.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.
Menurut Kutner dan Kanto (dalam Rismiati, 2002) menyatakan faktor-faktor yang menimbulkan kreativitas adalah :
a. Lingkungan didalam rumah maupun di sekolah yang merangsang belajar kreatif. Lingkungan kreatif tercipta dengan memberikan pertanyaan terbuka, dapat dilakukan dirumah maupun disekolah yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu anak.
b. Pengaturan Fisik. Dengan menciptakan suasana nyaman dan santai untuk merangsang imajinasi anak.
c. Konsentrasi. Akan menghasilkan ide-ide yang produktif sampai menampilkan daya khayal anak untuk mengembangkan imajinasi anak.
d. Orang tua dan guru sebagai fasilitator. Orang tua dan guru harus bisa menghilangkan ketakutan dan kecemasan yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
Munandar (1988a) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas verbal adalah :
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking) yang menggambarkan banyaknya gagasan yang keluar dalam pemikiran seseorang.
b. Fleksibilitas (keluwesan) yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.
c. Orisinalitas (keaslian) yaitu kemampuan seseorang untuk mencetuskan gagasan asli.
d. Elaborasi yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide-ide dan menguraikan ide-ide tersebut secara terperinci. Keempat faktor tersebut oleh Munandar digunakan untuk menyusun Tes Kreativitas Verbal.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengauhi kreativitas verbal adalah waktu, kesempatan menyendiri, sarana, lingkungan, dan kesempatan memperoleh pengetahuan. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi kreativitas verbal adalah kelancaran berpikir (fluency of thinking), fleksibilitas (keluwesan), originalitas (keaslian), dan elaborasi.
3. Faktor-faktor yang menghambat Kreativitas Verbal
Menurut Lehman (dalam Hurlock, 1996) kreativitas akan melemah apabila dihambat oleh lingkungan seperti :
a. Kesehatan yang buruk. Dapat mematikan daya kreativitas anak karena anak tidak mampu mengembangkan diri.
b. Lingkungan keluarga yang kurang baik. Tidak memberi dorongan untuk meningkatkan kreativitas.
c. Adanya tekanan ekonomi. Mempersulit anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya, bila anak membutuhkan dana, misalnya membeli buku.
d. Kurangnya waktu luang. Tidak adanya kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya.
Hurlock (1992) menambahkan kondisi yang dapat melemahkan kreativitas adalah:
a. Pembatasan eksplorasi. Kreativitas anak akan melemah bila orang tua membatasi anaknya untuk bereksplorasi dan bertanya.
b. Pengaturan waktu yang terlalu ketat. Anak menjadi tidak kreatif jika terlalu diatur, karena mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk bebas berbuat sesuka hati mereka.
c. Dorongan kebersamaan keluarga. Perkembangan kreativitas anak akan terganggu bila keluarga selalu menuntut kegiatan bersama-sama, karena tidak mempedulikan minat dan pilihan anak.
d. Membatasi khayalan. Hal ini dapat melemahkan kreativitas, karena orang tua selalu menginginkan anaknya berpikiran realistis dan beranggapan bahwa khayalan hanya membuang-buang waktu.
e. Penyediaan alat-alat permainan yang sangat terstruktur. Anak yang sering diberi mainan yang sangat terstruktur, seperti boneka yang berpakaian lengkap, akan kehilangan kesempatan untuk bermain.
f. Sikap orang tua yang konservatif. Orang tua yang bersikap seperti ini biasanya takut menyimpang dari pola sosial yang ada dalam masyarakat, sehingga mereka selalu menemani kemana pun anaknya pergi.
g. Orang tua yang terlalu melindungi. Jika orang tua terlalu melindungi anak-anaknya, maka mereka mengurangi kesempatan bagi anaknya untuk mencari cara mengerjakan sesuatu yang baru atau berbeda.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menghambat kreativitas verbal adalah : kesehatan yang buruk, lingkungan keluarga yang kurang baik, adanya tekanan ekonomi, kurangnya waktu luang, pembatasan eksplorasi, membatasi khayalan anak, sikap orang tua yang terlalu melindungi, dan pengaturan waktu yang terlalu ketat.

4. Perkembangan Kreativitas Verbal
Bahtiar (Ali Sjahbana, 1983) berpendapat bahwa salah satu faktor penting yang memungkinkan kreativitas berkembang adalah adanya kebutuhan sosial yang menghendaki suatu bentuk, struktur, pola atau sistem yang baru, karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau tidak bisa memenuhi kebutuhan. Pada keadaan tertentu orang-orang yang berhubungan satu sama lain bisa merasa kurang senang, tidak puas, dengan bentuk dan sifat-sifat hubungan mereka, sehingga mereka merasakan perlu penciptaan bentuk-bentuk, pola-pola atau sistem hubungan yang baru.
Soemardjan (1983) menekankan bahwa timbul, tumbuh, dan berkembangnya kreativitas individu tidak lepas dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu tersebut tinggal.
Munandar (1999a) menyebutkan bahwa mengembangkan kreativitas meliputi:
a. Pengembangan segi kognitif antara lain dilakukan dengan merangsang kelancaran, kelenturan dan keaslian dalam berpikir.
b. Pengembangan segi afektif antara lain dilakukan dengan memupuk sikap dan minat untuk bersibuk diri secara kreatif.
c. Pengembangan segi psikomotorik dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif dan inovatif.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perkembangan kreativitas verbal meliputi segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu tersebut tinggal juga dapat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya kreativitas verbal


Kamis, 14 November 2013

"Ayah..."

    Ayah kini ku sadar bahwa kau sangat bmenyayangiku..
    dan aku kini begitu merindukan kehadiranmu...
    Iya, aku memang egois, aku terlalu peduli pada "egoku" bikan pada "egomu"..
    maaf kan aku ayah yang slalu melupakanmu,,
    maafkan aku ayah yang baru kini ku menyesal, menyesal setelah kau tiada...

                                           I LOVE YOU PAHHH.......

iya mungkin saya terlalu banyak mengeluh

       Terkadang saya merasa sayalah yg paling sulit di antara mereka, tapi setelah saya melihat kebawah dan saya melihat di skitar saya ternyata lebih banyak orang di luar sana yang lebih kesusahan di bandingkan saya. Dari sini dapat saya ambil pelajaran bahwa tidak hanya saya yang kesulitan dsni tapi masih banyak yang lain. Dan yang terpenting adalah masih ada teman* saya yang benar* bisa menerima saya apapun keadaan saya, dan yang terpenting juga adalah mreka (teman* saya) slalu mendukung saya dan tidak meninggalkan saya di saat saya terpuruk.

      pelajaran terpenting adalah, saya harus selalu bersyukur apapun keadaannya, karena ada teman*, saudara, dan yang terpenting ada TUHAN yang slalu menemaniku apapun keadaan ku..... :D